Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi
Berdasarkan kebijakan
pembangunan KP (UU No.45 Tahun 2009 tentang perikanan) pembangunan sektor perikanan mempunyai tujuan untuk
terwujudnya perikanan yang maju dan efisien. Salah satunya melalui peningkatan
produktivitas kerja serta peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
perikanan yg maju, efisien dan tangguh. Upaya konversi BBM ke BBG merupakan
salah satu langkah pemerintah untuk membantu nelayan dalam menekan biaya
operasional kapal khususnya dalam penggunaan bahan bakar untuk kegiatan
penangkapan ikan sekaligus untuk menekan biaya subsidi terhadap BBM yang selama
ini dianggap membebani keuangan negara. Konversi BBM ke BBG sebenarnya sudah
cukup lama dikembangkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan
Perikanan melalui UPT BBPI Semarang, namun demikian untuk dapat langsung
diterima dan diaplikasikan oleh nelayan butuh waktu yang tidak singkat, sebab
persepsi nelayan terhadap BBG ini masih belum baik dengan berbagai macam
alasan. Oleh karena itu perlu upaya keras untuk mensosialisasikannya.
Upaya konversi BBM ke BBG sebenarnya merupakan alternatif untuk mengurangi ketergantungan nelayan skala kecil terhadap
ketersediaan pasokan BBM yang cenderung berkurang
seiring eksploitasi yang dilakukan di bumi dan harga BBM yang
cenderung naik sehingga diharapkan biaya operasional penangkapan ikan relatif
stabil dan keberlangsungan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan skala
kecil berlajut. Dengan penggunaan BBG diharapkan biaya
operasioanal dapat ditekan sehingga dapat pula mengimbangi apabila terjadi
penurunan produksi dimana harga jual ikan turun, sehingga nelayan tidak terlalu
banyak mengalami kerugian karena penggunaan biaya operasional yang tidak
terlalu besar dibandingkan penggunaan BBM yang sekitar 70 % merupakan penyumbang
biaya terbesar dalam sebuah operasional kapal perikanan.
Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah suatu materi apapun yang
bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar ini mengandung energi panas
yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan
manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut
akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan
energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi Nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering
digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam
radioaktif (wikipedia.org, 2015).
Bahan bakar gas adalah semua jenis bahan bakar yang berbentuk gas, biasanya bahan bakar gas ini termasuk
golongan bahan bakar fosil (wikipedia.org, 2015).
Komposisi Perahu/Kapal
Bermotor di Indonesia
Ada 2 jenis sistem bahan bakar untuk memanfaatkan BBG pada motor bakar
konvensional (mesin bensin dan mesin diesel), yaitu :
- sistem
yang memungkinkan BBM dan BBG bekerja tidak bersamaan atau sendiri-sendiri (bi-fuel
system) cocok untuk Motor Bensin Serbaguna serta
- sistem
yang mewajibkan BBM dan BBG bekerja bersamaan (dual-fuel system) cocok untuk Motor Diesel Stasioner.
Supaya BBG dapat menggantikan atau mengurangi penggunaan Bensin/Solar maka mesin perlu
ditambahkan peralatan yang disebut Conversion Kits Desain Conversion Kits diadopsi dari kendaraan
bermotor di darat untuk digunakan pada motor penggerak kapal perikanan, dengan adanya Conversion Kits maka sistem bahan
bakar konvensional pun berubah (terjadi modifikasi). Saat menggunakan Conversion
Kits, mesin kapal tidak mengalami modifikasi yang rumit hanya penambahan
sederhana dan penggantian, baut dudukan karburator untuk mesin bensin atau
dudukan saringan udara untuk mesin diesel Sistem bahan bakar minyak tidak dihilangkan,
tetap ada.
Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan BBG/LPG di atas kapal
:
1. Hindari sistem LPG dari nyala Api
2. Ganti Selang LPG dan selang udara setiap setahun sekali dengan selang baru yang
standar.
3. Gunakan klem selang yang berbahan baja tahan karat (stainless steel)
4. Jika terjadi kebocoran pada regulator LPG tekanan tinggi, segera lepaskan dari katup di tabung LPG dan gantilah seal atup tabung pada tabung LPG
5. Dilarang keras mengubah dan memodifikasi alat/komponen LPG konversion kit yang ada untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan.
6. Jika badan tabung LPG terlihat cacat seperti penyok dan perubahan bentuk pastikan
tidak ada kebocoran (gelembung gas) dengan merendamnya dalam air.
7. Regulator LPG tekanan tinggi tidak boleh bergetar dan tidak megeluarkan bunyi pada
saat dipasang di katup tabung LPG, serta tidak boleh mengalami kebocoran pada
bagian penutup regulator dan bagian kunci pemutarnya.
8. Selang LPG dan selang udara harus lentur dan secara visual tidak ada kecatatan, seperti lubang, robek atau kering - getas.
1. Upaya
konversi BBM ke BBG pada kapal perikanan dimaksudkan sebagai upaya menekan
biaya operasional kapal dari aspek BBM yang selama ini dirasakan cukup berat
juga untuk menekan subsidi BBM dari pemerintah.
2. Konversi BBM ke BBG dilakukan bukan semata – mata untuk
menghilangkan penggunaan BBM pada kapal
perikanan akan tetapi hal ini dilakukan sebagai alternatif, jadi konversi ke
BBG ini menggunakan alat yang disebut Convertion
Kit yang dipasang pada mesin, dapat berupa bi fuel system maupun dual
fuel system. Sehingga sewaktu - waktu kapal dapat menggunakan BBM dan juga
BBG tergantung kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA :
1.
Wikipedia. 2015. Pengertian BBM dan BBG.
2. Syahasta
Dwinanta G. 2015. Konversi BBM ke BBG pada Kapal Perikanan. BBPI Semarang.