Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi
Seorang nelayan, menggunakan nalurinya untuk memancing di laut.
Panduan mereka hanya kompas sederhana dan tanda-tanda alam saja. Lalu
para nelayan melihat tanda alam yang ada seperti perubahan air dan ombak
untuk menandai adanya karang. Untuk memastikan dasar laut apakah pasir,
lumpur atau karang, para nelayan generasi dahulu melakukan cara
mengelot dasar laut. Ngelot yaitu mengikat timah besar yang diikat tali lalu menceburkan
timah hingga dasar laut. Setelah sampai di dasar timah diangkat ke atas
untuk dianalisa apakah timah tersebut terkena lumpur, pasir atau karang.
Jika cara nelayan atau pancinger dahulu itu dalam mencari lokasi ikan
hanya berdasarkan pengalaman, intuisi, mengamati tanda-tanda alam. Namun
sekarang , dalam mencari lokasi ikan dibantu dengan alat elektronik
seperti Global Position System (GPS) dan Fish Finder. Kedua alat ini
bisa membuat sukses memancing.
Pengertian Fishfender
Prinsip kerja dari fish finder yaitu gelombang suara berfrekuensi antara 15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan tranduser dipantulkan oleh dasar perairan kemudian ditangkap kembali oleh transduser. Fishfinder ialah perangkat elektronik yang bekerja dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik dan menangkap kembali pantulannya. Perangkat fish finder yang digunakan untuk memancarkan gelombang dan menangkap gelombang kembali disebut dengan nama tranduser. Proses gelombang pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap tranduser kemudian diterjemahkan dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan gambar topografi dasar perairan. Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita bisa membedakan kekerasan dari topografi struktur dasar perairan. Biasanya bila keadaan dasar perairan benda yang keras maka warna di monitor gambarnya lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek maka gambar di monitor pun tidak pekat.
Jadi bila topograf dasar perairan keras bisa diasumsikan bahwa dasar
berupa karang. Demikian juga bila dimonitor fish finder gambarnya tidak
pekat warnanya maka sering kita terjemahkan dengan lumpur. Selain itu
rata tidaknya topografi dasar perairan bisa diketahui melalui
fishfinder. Untuk mengetahui itu semua merupakan penyimpulan titik hasil
pembacaan fish finder. Untuk bisa mengetahui apakah topografi itu berupa karang luas, tandes
atau rumpon, tentu saja diperlukan jam terbang yang tinggi. Artinya si
pemakai fishfinder harus hafal betul gambar-gambar yang ditampilkan oleh
monitor fish finder. Selain topografi dasar perairan, gelombang suara yang dipancarkan oleh
transduser terkadang mengenai benda-benda yang melayang dalam air,
karena benda tersebut juga memantulkan gelombang. Benda yang melayang
itu pun bisa terbaca dalam monitor fishfinder, Dalam tangkapan GPS fishfinder, Benda yang melayang itu bisa saja
kumpulan ikan, sampah atau rumput laut. Namun bila di karang-karang atau
struktur topografi perairan yang keras biasanya benda yang melayang itu
adalah gerombolan ikan.
Sumber : Anonimous, spotmancing.com/2014/09/03/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar