Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi
Olahan
ikan yang satu ini memang kerap kali dijadikan solusi bagi sebagian
orang yang malas memasak ikan segar. Selain, rasanya yang enak dan gurih
kemudahan pengolahan yang ditawarkan membuat sarden semakin akrab saja
di kalangan masyarakat. Bermacam olahan juga bisa
dibuat dari olahan ikan yang dikemas dalam wadah kaleng ini, mulai dari
ditumis, dicampur sayuran hijau, dimakan dengan roti tawar, dijadikan
saus spaghetti, dll. Emmm.. Yummy.. Nah, penasaran kan asal muasal
tercipta dan bagaimana cara Pembuatan Ikan Sardines ini??? Yuk, kita
intip bareng-bareng
Pengalengan ikan adalah salah satu teknik pengolahan dengan cara memanaskan ikan dalam wadah kaleng yang ditutup rapat untuk menonaktifkan enzim, membunuh mikroorganisme, dan mengubah ikan dalam bentuk mentah menjadi produk yang siap disajikan tetapi memiliki kandungan nilai gizi yang sedikit menurun karena proses denaturasi protein akibat proses pemanasan bila dibandingkan dengan ikan segar, namun lebih tinggi bila dibandingkan sumber protein nabati seperti tahu dan tempe.
Metode
pengawetan dengan cara pengalengan ditemukan oleh Nicholas Appert,
seorang ilmuwan Prancis. Pengalengan makanan merupakan suatu cara
pengawetan bahan bahan makanan yang dikemas secara hermetis dan kemudian
disterilkan. Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa
penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara,
air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita rasa. Di dalam
pengalengan makanan, bahan pangan dikemas secara hermetis (hermetic)
dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas, atau alumunium.
Pada pengawetan pangan, secara teknis ada beberapa cara yang menggunakan prinsip mikrobiologis yaitu mengurangi jumlah seminimal mungkin mikroorganisme pembusuk, mengurangi kontaminasi mikroorganisme, menciptakan suasana lingkungan yang tidak disukai oleh mikroorganisme dengan cara pemanasan dan radiasi. Pemusnahan mikroorganisme dengan pemanasan pada pengalengan ikan pada prinsipnya menyebabkan denaturasi protein, serta menonaktifkan enzim yang membantu proses metabolisme. Penerpan panas dapat bermacam-macam tergantung dari jenis mikroorganismenya, fase mikroorganisme, dan kondisi lingkungan spora bakteri. Semakin rendah suhu yang diberikan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk pemanasan. Pada pengalengan, yang perlu diwaspadai adalah bakteri anaerob seperti Closteridium botullinum yang tahan terhadap suhu tinggi.
Pada pengawetan pangan, secara teknis ada beberapa cara yang menggunakan prinsip mikrobiologis yaitu mengurangi jumlah seminimal mungkin mikroorganisme pembusuk, mengurangi kontaminasi mikroorganisme, menciptakan suasana lingkungan yang tidak disukai oleh mikroorganisme dengan cara pemanasan dan radiasi. Pemusnahan mikroorganisme dengan pemanasan pada pengalengan ikan pada prinsipnya menyebabkan denaturasi protein, serta menonaktifkan enzim yang membantu proses metabolisme. Penerpan panas dapat bermacam-macam tergantung dari jenis mikroorganismenya, fase mikroorganisme, dan kondisi lingkungan spora bakteri. Semakin rendah suhu yang diberikan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk pemanasan. Pada pengalengan, yang perlu diwaspadai adalah bakteri anaerob seperti Closteridium botullinum yang tahan terhadap suhu tinggi.
TAHAPAN PENGALENGAN IKAN
A. Pengadaaan Bahan Baku Ikan Segar.
Ikan yang akan dijadikan sarden bisanya didapat dari nelayan
ikan, ikan-ikan dijual langsung oleh pemilik perahu atau dikumpulkan
terlebih dahulu oleh pengepul. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku
umumnya tergolong ikan pelagis ukuran kecil yang hidup bergerombol
seperti ikan Lemuru, ikan Sardin, ikan Tamban, ikan Balo, dan ikan
Layang.
B. Pengguntingan (cutting).
Bahan baku ikan segar yang sudah dibeli pabrik akan langsung diproses.
Tahapan pertama disebut dengan pengguntingan (cutting) alat yang
digunakan adalah gunting besi. Ikan digunting pada bagian pre dorsal
(dekat dengan kepala) kebawah kemudian sedikit ditarik untuk
mengeluarkan isi perut. Ikan balo diberikan sedikit perlakuan khusus
yaitu sebelum digunting sisik-sisik yang terdapat diseluruh badannya
dihilangkan terlebih dahulu dengan menggunakan pisau. Dalam tahapan
pengguntingan juga dilakukan sortasi. Bahan baku ikan disortasi dari
campuran ikan yang lain dan dari sampah serta serpihan karang yang ikut
terbawa saat proses penangkapan ikan. Ikan yang sudah digunting
ditempatkan dalam keranjang plastik kecil. Setelah keranjang penuh, ikan
dimasukkan dalam mesin rotary untuk dilakukan proses pencucian.
C. Pengisian (Filling).
Ikan yang keluar dari mesin rotary ditampung dalam keranjang plastik,
lalu dibawa ke meja pengisian untuk diisikan kedalam kaleng. Diatas
meja pengisian terdapat pipa air yang digunakan untuk melakukan
pencucian ulang sebelum ikan diisikan kedalam kaleng. Posisi ikan
didalam kaleng diatur, misalnya untuk membuat produk kaleng kecil
setelah penghitungan rendemen ditentukan bahwa jumlah ikan yang
diisikan kedalam kaleng adalah 4 ekor ikan. Ikan-ikan tersebut diisikan
dalam kaleng dengan posisi 2 buah pangkal ekor menghadap kebawah dan 2
ekor lagi menghadap keatas. Kaleng yang sudah diisi ikan diletakkan
diatas conveyor yang terus berjalan disamping meja pengisian untuk
masuk tahapan berikutnya.
D. Pemasakan Awal (Pree Cooking).
Dengan bantuan conveyor kaleng yang sudah terisi ikan masuk kedalam
exhaust box yang panjangnya +12 m, di dalam exhaust box ikan dimasak
dengan menggunakan uap panas yang dihasilkan oleh boiler. Suhu yang
digunakan + 800C, proses pree cooking ini berlangsung selama + 10 menit.
Setelah proses pemasakan selesai produk keluar dari exhaust box
dilanjutkan dengan tahapan selanjutnya yaitu penirisan (decanting).
E. Penghampaan (Exhausting).
Penghampaan dilakukan dengan menambahkan medium pengalengan berupa
saos cabai atau saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil). Suhu saos
dan minyak sayur yang digunakan adalah +80 0C. Pengisian saos dilakukan
secara mekanis dengan menggunakan filler. Pada prinsipnya proses
penghampaan ini dapat dilakukan melalui 2 macam cara, biasanya pabrik
berskala kecil exhausting dilakukan dengan cara melakukan pemanasan
pendahuluan terhadap produk, kemudian produk tersebut diisikan kedalam
kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup, juga dalam keadaan masih
panas. Untuk beberapa jenis produk, exhausting dapat pula dilakukan
dengan cara menambahkan medium pengalengan misalnya air, sirup, saos,
minyak, atau larutan garam mendidih. Sedangkan, pabrik pengalengan
berskala besar melakukanexhausting dengan cara mekanis, dan dinamakan
pengepakan vakum (vacuum packed). Cara kerjanya adalah menarik oksigen
dan gas-gas lain dari dalam kaleng dan kemudian segera dilakukan
penutupan wadah.
F. Penutupan Wadah Kaleng (Seaming).
Penutupan wadah kaleng dilakukan dengan menggunakan double seamer
machine. Seorang karyawan bertugas mengoprasikan double seamer machine
dan mengisi tutup kaleng kedalam mesin. Kecepatan yang digunakan
bervariasi. Double seamer untuk kemasan kaleng kotak dioprasikan dengan
kecepatan penutupan 84 kaleng permenit (kecepatan maximum 200 kaleng
permenit), double seamer untuk kaleng kecil dioperasikan dengan
kecepatan penutupan 375 kaleng permenit (kecepatan maximum 500 kaleng
permenit) sedangkan untuk double seamer kaleng besar dioperasikan dengan
kecepatan 200 kaleng permenit (kecepatan maximum 500 kaleng permenit).
Tutup kaleng yang dipakai adalah tutup kaleng yang sudah terlebih
dahulu diberi kode tanggal kedaluwarsa diruang jet print. Ruang jet
print sengaja dibuat berdekatan dengan ruang seamer sehingga tutup
kaleng yang sudah diberi kode dengan segera dapat dipakai untuk
penutupan wadah kaleng. Nah, tanggal kedaluwarsa ini penting banget
buat kita. Sebelum membeli produk makanan apapun tak terkecuali sarden
perhatikanlah kode dibawah kaleng, lihat dengan seksama tanggal
kedaluwarsanya. Hal ini semata-mata untuk menjaga kesehatan kita. Di
pabrik pengalengan sendiri penentuan tanggal kedaluwarsa merupakan
bagian yang sangat penting. Jangka waktu kedaluwarsa telah ditentukan
oleh pihak perusahaan dengan berdasarkan pengujian makanan yang
dilakukan oleh pihak perusahaan di departemen kesehatan
G. Sterilisasi (Processing).
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan retort. Dalam satu kali
proses sterilisasi dapat mensterilkan 4 keranjang besi produk ikan
kalengan atau setara dengan +6.800 kaleng kecil atau 3.400 kaleng
besar. Suhu yang digunakan antara 115 – 117 0C dengan tekanan 0,8 atm,
selama 85 menit jika yang disterilisasi adalah kaleng kecil dan 105
menit untuk kaleng besar. Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan
keranjang besi kedalam menggunakan bantuan rel. Sterilisasi dilakukan
tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan
pathogen, tetapi berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak,
yaitu dilihat dari penampilan, tekstur dan cita rasanya sesuai dengan
yang diinginkan.
H. Pendinginan dan Pengepakan.
Ikan kalengan yang sudah disterilisasi dikeluarkan dari dalam retort,
kemudian diangkat dengan katrol untuk didinginkan dalam bak pendinginan
bervolume 16.5 m3 yang diisi dengan air yang mengalir. Pendinginan
dilakukan selama 15 menit. Produk setelah didinginkan diistirahatkan
terlebih dahulu ditempat pengistirahatan(Rested area) untuk menunggu
giliran pengepakan (packing). Packing diawali dengan aktivitas
pengelapan untuk membersihkan sisa air proses pendinginan, setelah itu
produk dimasukkan kedalam karton. Produk yang kemasannya sudah diberi
label (label cat) bisa langsung di packing, sementara produk yang
kemasannya kosong terlebih dahulu diberi label kertas sesuai dengan
keinginan produsen.
Sudah
cukup jelaskan??? Postingan ini tidak hanya dibuat melalui lirik
sana-sini, melainkan pengalaman pribadi penulis dalam rangka magang
kerja di pabrik pengalengan ikan. Semoga bermanfaat buat kita semua
Sumber : http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.co.id/2011/09/pembuatan-ikan-sardines.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar