Senin, 18 Juli 2016

Rehabilitasi Terumbu Karang dengan Transplantasi

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi


Hasil gambar untuk Transplantasi terumbu karang

Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang sangat potensial. Salah satu kekayaan tersebut yakni terumbu karang. Sebagai ekosistem yang khas dan terletak di daerah tropis, ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang cukup tinggi sehingga keanekaragaman biota yang ada di dalamnya cukup besar. Misalnya, karang batu (scleractinian coral) sebagai komponen utama penyusun terumbu memiliki distribusi spesies tertinggi. Sekurang-kurangnya ada 590 spesies (sembilan di antaranya spesies baru) dari 793 spesies yang diketahui di dunia.
Beberapa peran penting ekosistem terumbu karang dapat dilihat dari segi estetika, sebagai pelindung fisik dan sebagai produk yang menghasilkan nilai ekonomi. Dari segi estetika, tidak dapat dimungkiri ekosistem terumbu karang menampilkan pemandangan yang sangat indah, sehingga sering juga disebut oleh para wisatawan sebagai surga bawah laut. Sebagai pelindung fisik terhadap pantai. Kerusakan terumbu karang akan mengurangi kemampuan karang untuk berperan dalam memberikan perlindungan terhadap pantai dari ancaman ombak besar.
Sebagai sumber ekonomi, ekositem tersebut menghasilkan berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, tripang, kerang mutiara, dan memberikan tempat perlindungan dan tempat berkembang biak bagi berbagai ekosistem karang. Terumbu karang memiliki peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis biota laut yang hidup di terumbu karang. Dengan demikian ekositem ini secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat mata pencaharian masyarakat nelayan.
Dalam buku Koordinasi Pemasangan dan Pengelolaan Terumbu Karang terbitan Mitra Praja Utama 2005, luas terumbu karang Indonesia adalah 42.000 km2 atau 16,5 persen dari luas terumbu karang dunia yang mencapai 255.300 km2. Indonesia menduduki peringkat terluas kedua di dunia setelah Australia yang memiliki luas terumbu karang 48.000 km2. Ironisnya, kondisi umum terumbu karang di Indonesia hampir 41 persen mengalami kerusakan berat, 29 persen rusak sedang, 23 persen kondisi baik, dan hanya 7 persen dalam kondisi sangat baik. Data ini diperkuat juga oleh survei terakhir Coremap (Coral Reef Rehabilition and Management Program) bersama instansi terkait termasuk perguruan tinggi diketahui bahwa 70 persen terumbu karang di Indonesia dalam keadaan rusak (Dwi 2007).
Beberapa penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang diantaranya disebabkan oleh ulah manusia, yakni penangkapan ikan dengan cara yang merusak seperti penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun dan jaring penangkap ikan yang sifatnya merusak. Pemanasan global menyebabkan coral bleaching (pemutihan karang). Pengambilan terumbu karang yang digunakan untuk bangunan rumah, hiasan atau pajangan dan masih banyak pengalihan fungsi terumbu karang yang hanya untuk peningkatan ekonomi pribadi dan sifatnya tidak konservatif. Dalam memulihkan kondisi terumbu karang secara normal dibutuhkan waktu yang sangat lama. Namun saat ini telah dikenal banyak metode, salah satunya adalah metode transplantasi karang.
Transplantasi karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat yang baru pada lahan yang kosong. Manfaat dari transplantasi karang adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi lahan-lahan kosong atau yang rusak sehingga dapat mendukung ketersediaan jumlah populasi ikan karang di alam, menciptakan komunitas baru, konservasi plasma nutfah, pengembangan populasi karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan keperluan perdagangan.
Secara sederhana teknik transplantasi mencakup tahapan berikut. Pertama, pengambilan bibit koloni karang, Pengambilan bibit koloni karang sebaiknya dilakukan di daerah lain yang memiliki kedalaman yang sama dengan lokasi transplantasi. Kedua, pengikatan bibit koloni karang ke substrat. Substrat pengikatan karang dapat berupa gerabah atau semen. Ketiga, Penenggelaman transplantasi karang dan rangka (bila ada). Keempat perawatan, dilakukan untuk memantau tingkat stres dan kelangsungan hidup karang transplantasi.
Saat ini, teknik transplantasi karang juga telah dikembangkan lebih jauh untuk mendukung pemanfaatan yang berkelanjutan. Selain untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias), juga guna mengembangkan wisata bahari misalnya rnembuat lokasi penyelaman (dive spot) menjadi lebih indah dan menarik sehingga dapat mendorong kenaikan jumlah wisatawan ataupun untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian
Perbedaan dari setiap kegiatan transplantasi terutama terletak pada jenis bibit yang dipakai. Jenis bibit yang dipakai untuk transplantasi perdagangan karang hias dipilih dari jenis-jenis karang yang masuk dalam daftar perdagangan karang hias. Untuk wisata bahari, jenis bibit yang dipakai berasal dari jenis-jenis yang memiliki penampilan warna dan bentuk yang indah serta aman disentuh (tidak menimbulkan gatal atau luka).
Untuk pemulihan kembali lokasi terumbu karang yang telah rusak/rehabilitasi karang, jenis bibit yang dipakai dipilih dari jenis-jenis yang terancam punah di lokasi tersebut, pernah hidup di lokasi tersebut, dan tersedia sumber bibit yang memadai. Kegiatan transplantasi karang yang ditujukan untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian, sumber bibitnya disesuaikan dengan jenis-jenis karang yang akan diteliti.
Inilah salah satu upaya dalam penyelamatan ekosistem terumbu karang, walapun dalam perjalannya sudah banyak dikembangkan dengan teknik lain dan dengan berbagai tujuan pula. Akan tetapi, berhasil tidaknya program rehabilitasi terumbu karang melalui metode transplantasi juga tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi ekositem ini baik secara biologi, ekonomi, dan fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar