Oleh :
Budi Santoso
Pedagang ikan perempuan
atau lebih dikenal dengan istilah Bakul (Jawa)
atau Pajame Jame (Sulawesi) merupakan
bagian dari struktur masyarakat pesisir dan juga merupakan bagian dalam sistim
agribisnis perikanan khususnya dalam bidang pemasaran hasil perikanan,
pemberdayaan terhadap mereka merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan
meningkatkan kapasitas usahanya. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari memiliki
fungsi sebagai tempat pemberdayaan pelaku utama, tentu mempunyai peran yang
sangat dibutuhkan untuk memberdayakan pedagang ikan perempuan yang beraktivitas
di dalam kawasan. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah
melalui peningkatan kemampuan dalam bidang diversifikasi usaha pengolahan hasil
perikanan untuk membantu meningkatkan derajat kesejahteraan mereka khususnya
pada saat musim paceklik tiba dimana mereka tidak lagi mengandalkan ikan segar
sebagai bahan dagangannya. Upaya pemberdayaan melalui usaha diversifikasi usaha
juga diharapkan agar para bakul memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal
penganekaragaman produk hasil perikanan yang dapat mereka komersilkan.
Pelabuhan
perikanan samudera kendari merupakan urat nadi perekonomian perikanan di kota
kendari, sehingga sebagian besar pelaku
utama dan pelaku usaha perikanan khususnya nelayan dan pedagang ikan
menggantungkan hidupnya disana, baik yang berskala besar hingga kecil. Pedagang ikan perempuan atau dalam istilah
umumnya disebut dengan “Bakul” (jawa) atau “Pajame – jame” (Sulawesi) adalah
orang yang membeli ikan hasil tangkapan nelayan dengan mendatangi kapal – kapal
yang sedang melakukan aktivitas bongkar ikan dengan menggunakan bakul, ember,
atau waskom dengan ciri khas menjajakan dagangannya dengan menjunjung barang
dagangannya di atas kepala. Biasanya mereka membeli ikan hanya untuk
didagangkan di kawasan pelabuhan untuk konsumen/pembeli yang berkunjung ke
kawasan PPS kendari atau untuk konsumen di sekitar kawasan PPS kendari. Skala
usaha mereka pun tidak besar, rata – rata hanya membutuhkan modal Rp. 200.000,-
hingga Rp. 300.000 untuk setiap orang bakul/pajame jame.
Sepanjang
tahun atau selama musim ikan, bakul/pajame – jame ini sepenuhnya menggantungkan
hidupnya dari ikan segar hasil tangkapan nelayan, sehingga ketika musim
paceklik dimana nelayan tidak melakukan aktivitas melaut, maka ibu – ibu
bakul/pajame – jame ini akan ikut menganggur alias tidak berpenghasilan. Hal inilah yang menjadi permasalahan sehingga
diperlukan solusi agar mereka tetap berpenghasilan selama musim paceklik yaitu
melalui diversifikasi usaha pengolahan ikan, dengan demikian kita berharap mereka
memiliki usaha alternatif lain selain mengandalkan ikan segar sebagai barang
dagangannya.
Pemberdayaan
masyarakat merupakan strategi pembangunan. dalam perspektif pembangunan ini,
disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian
dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial. sebagai suatu
strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan membantu
klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi
dan sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari
lingkungannya (payne, 1997: 266 dalam buku “modern social work theory”).
Masyarakat
pesisir dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah
pesisir, dimana sumber kehidupan perekonomiannya bersumber pada pemanfaatan
sumberdaya laut dan pesisir. Secara operasional, masyarakat pesisir hanya difokuskan
pada kelompok nelayan, pedagang dan pengolah ikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat
dapat dinilai dengan indikator – indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli
masyarakat (Nikijuluw, 2001).
Diversifikasi usaha pengolahan hasil perikanan adalah penganekaragaman jenis
produk olahan hasil perikanan dari bahan baku yang belum/sudah dimanfaatkan
dengan tetap memperhatikan faktor mutu dan gizi, sebagai usaha penting bagi
peningkatan konsumsi produk perikanan baik kualitas maupun kuantitas dan
peningkatan nilai jual (Wini
Trilaksani
dan Bambang Riyanto, 2010).
Dalam upaya
memberdayakan pedagang ikan perempuan atau lebih sering dikenal sebagai ibu –
ibu bakul di PPS Kendari, maka perlu diketahui lebih dahulu permasalahan pokok
yang dihadapi oleh mereka yaitu :
1). Pada saat musim paceklik tiba dimana nelayan tidak melakukan
aktivitas penangkapan ikan dilaut, ibu – ibu bakul ini pun ikut menganggur
alias tidak berpenghasilan oleh karena mereka hanya mengandalkan menjual ikan
segar kepada konsumennya.
2). Masih kurangnya pengetahuan mereka mengenai bagaimana mempertahankan
mutu ikan segar yang akan dijual agar bisa bertahan lebih lama dan kurangnya
pengetahuan mereka bagaimana membuat ikan segar menjadi olahan lain yang memiliki nilai tambah dan dapat menjadi
usaha alternatif.
Kedua
permasalahan tersebut umumnya disebabkan oleh karakteristik nelayan pada
umumnya yang ingin mendapatkan uang dalam waktu yang cepat karena dorongan
ekonomi keluarga sehingga mereka akan lebih cenderung menjual ikan segar
secepat mungkin kepada konsumen meskipun harganya terkadang tidak terlalu
berpihak kepada mereka apalagi bila kondisi ikan sudah tidak segar lagi.
SOLUSI
YANG DAPAT DILAKUKAN
Upaya yang dapat
dilakukan untuk pemecahan masalah yang dikemukakan di atas adalah :
1).
Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara intensif kepada ibu – ibu bakul ini
secara terus menerus dengan memperkenalkan diversifikasi usaha pengolahan ikan,
misalnya mengolah ikan segar menjadi abon ikan atau bakso ikan, membuat petis
dan krispi ikan, dll. Sehingga pada saat musim paceklik tiba mereka telah
mempersiapkan bahan baku ikan untuk diolah menjadi berbagai produk olahan yang
bersumber dari ikan segar. Harapan kita adalah selain mereka mendapatkan nilai
tambah produk, juga akan meningkatkan status sosialnya. Contoh : mereka yang
tadinya menjual ikan segar dengan berpanas – panasan dan terburu – buru akan
menjual ikan olahannya dengan lebih santai, mereka pun bisa menawarkan
dagangannya ke supermarket atau swalayan bila produk olahannya dikemas dengan
baik.
2). Selain memberikan pengetahuan dan
keterampilan di bidang diversifikasi usaha pengolahan ikan, ibu – ibu
bakul/pajame – jame ini juga dapat diberikan pengetahuan dan keterampilan
mengenai bagaimana mempertahankan mutu ikan segar dalam waktu yang lebih lama
misalnya dengan Cold Chain System (Sistem
Rantai Dingin), contohnya dengan teknik pengesan yang baik, penyimpanan yang
baik, dan lain – lain.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah :
a. Diversifikasi usaha pengolahan ikan merupakan salah satu solusi yang tepat bagi ibu – ibu bakul/pajame -jame untuk membantu meningkatkan derajat kesejahteraan mereka khususnya pada saat musim paceklik ikan yaitu saat mereka tidak mendapatkan lagi bahan baku ikan segar untuk dijual langsung kepada konsumen. Usaha alternatif ini juga dipandang mampu memacu kreatifitas ibu – ibu ini untuk menciptkan produk – produk ikan lainnya yang bernilai tambah.
b. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai diversifikasi usaha pengolahan ikan, ibu – ibu bakul / pajame – jame ini juga perlu dibekali dengan ilmu penanganan ikan segar yang baik sehingga saat mereka melakoni profesinya sebagai pedagang ikan segar mereka pun dapat meningkatkan nilai tambah ikan segar yang akan dijual dengan jalan memperpanjang masa kesegaran ikannya.
a. Diversifikasi usaha pengolahan ikan merupakan salah satu solusi yang tepat bagi ibu – ibu bakul/pajame -jame untuk membantu meningkatkan derajat kesejahteraan mereka khususnya pada saat musim paceklik ikan yaitu saat mereka tidak mendapatkan lagi bahan baku ikan segar untuk dijual langsung kepada konsumen. Usaha alternatif ini juga dipandang mampu memacu kreatifitas ibu – ibu ini untuk menciptkan produk – produk ikan lainnya yang bernilai tambah.
b. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai diversifikasi usaha pengolahan ikan, ibu – ibu bakul / pajame – jame ini juga perlu dibekali dengan ilmu penanganan ikan segar yang baik sehingga saat mereka melakoni profesinya sebagai pedagang ikan segar mereka pun dapat meningkatkan nilai tambah ikan segar yang akan dijual dengan jalan memperpanjang masa kesegaran ikannya.
PENUTUP
Demikian
makalah ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana upaya memberdayakan
pedagang ikan perempuan agar mereka memiliki alternatif usaha tambahan melalui
diversifikasi usaha pengolahan ikan.
DAFTAR
PUSTAKA :
Nikijuluw, V.P.H. 2001. Potensi
dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam
Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. Makalah. Pelatihan
Pengelolaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar