Selasa, 06 Oktober 2015

PEMBERDAYAAN PEDAGANG IKAN PEREMPUAN (BAKUL) MELALUI UPAYA DIVERSIFIKASI USAHA PENGOLAHAN IKAN DI KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KENDARI



Oleh :
Budi Santoso

Pedagang ikan perempuan atau lebih dikenal dengan istilah Bakul (Jawa) atau Pajame Jame (Sulawesi) merupakan bagian dari struktur masyarakat pesisir dan juga merupakan bagian dalam sistim agribisnis perikanan khususnya dalam bidang pemasaran hasil perikanan, pemberdayaan terhadap mereka merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan meningkatkan kapasitas usahanya. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari memiliki fungsi sebagai tempat pemberdayaan pelaku utama, tentu mempunyai peran yang sangat dibutuhkan untuk memberdayakan pedagang ikan perempuan yang beraktivitas di dalam kawasan. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kemampuan dalam bidang diversifikasi usaha pengolahan hasil perikanan untuk membantu meningkatkan derajat kesejahteraan mereka khususnya pada saat musim paceklik tiba dimana mereka tidak lagi mengandalkan ikan segar sebagai bahan dagangannya. Upaya pemberdayaan melalui usaha diversifikasi usaha juga diharapkan agar para bakul memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal penganekaragaman produk hasil perikanan yang dapat mereka komersilkan.

Pelabuhan perikanan samudera kendari merupakan urat nadi perekonomian perikanan di kota kendari,  sehingga sebagian besar pelaku utama dan pelaku usaha perikanan khususnya nelayan dan pedagang ikan menggantungkan hidupnya disana, baik yang berskala besar hingga kecil.  Pedagang ikan perempuan atau dalam istilah umumnya disebut dengan “Bakul” (jawa) atau “Pajame – jame” (Sulawesi) adalah orang yang membeli ikan hasil tangkapan nelayan dengan mendatangi kapal – kapal yang sedang melakukan aktivitas bongkar ikan dengan menggunakan bakul, ember, atau waskom dengan ciri khas menjajakan dagangannya dengan menjunjung barang dagangannya di atas kepala. Biasanya mereka membeli ikan hanya untuk didagangkan di kawasan pelabuhan untuk konsumen/pembeli yang berkunjung ke kawasan PPS kendari atau untuk konsumen di sekitar kawasan PPS kendari. Skala usaha mereka pun tidak besar, rata – rata hanya membutuhkan modal Rp. 200.000,- hingga Rp. 300.000 untuk setiap orang bakul/pajame jame.

Sepanjang tahun atau selama musim ikan, bakul/pajame – jame ini sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari ikan segar hasil tangkapan nelayan, sehingga ketika musim paceklik dimana nelayan tidak melakukan aktivitas melaut, maka ibu – ibu bakul/pajame – jame ini akan ikut menganggur alias tidak berpenghasilan.  Hal inilah yang menjadi permasalahan sehingga diperlukan solusi agar mereka tetap berpenghasilan selama musim paceklik yaitu melalui diversifikasi usaha pengolahan ikan, dengan demikian kita berharap mereka memiliki usaha alternatif lain selain mengandalkan ikan segar sebagai barang dagangannya. 

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial. sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya (payne, 1997: 266 dalam buku “modern social work theory”).
Masyarakat pesisir dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir, dimana sumber kehidupan perekonomiannya bersumber pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Secara operasional, masyarakat pesisir hanya difokuskan pada kelompok nelayan, pedagang dan pengolah ikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dinilai dengan indikator – indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat (Nikijuluw, 2001).
Diversifikasi usaha pengolahan hasil perikanan adalah penganekaragaman jenis produk olahan hasil perikanan dari bahan baku yang belum/sudah dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan faktor mutu dan gizi, sebagai usaha penting bagi peningkatan konsumsi produk perikanan baik kualitas maupun kuantitas dan peningkatan nilai jual (Wini Trilaksani dan Bambang Riyanto, 2010). 
Dalam upaya memberdayakan pedagang ikan perempuan atau lebih sering dikenal sebagai ibu – ibu bakul di PPS Kendari, maka perlu diketahui lebih dahulu permasalahan pokok yang dihadapi oleh mereka yaitu :
     1). Pada saat musim paceklik tiba dimana nelayan tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan dilaut, ibu – ibu bakul ini pun ikut menganggur alias tidak berpenghasilan oleh karena mereka hanya mengandalkan menjual ikan segar kepada konsumennya.
  2). Masih kurangnya pengetahuan mereka mengenai bagaimana mempertahankan mutu ikan        segar yang akan dijual agar bisa bertahan lebih lama dan kurangnya pengetahuan mereka bagaimana membuat ikan segar menjadi olahan lain  yang memiliki nilai tambah dan dapat menjadi usaha alternatif.
Kedua permasalahan tersebut umumnya disebabkan oleh karakteristik nelayan pada umumnya yang ingin mendapatkan uang dalam waktu yang cepat karena dorongan ekonomi keluarga sehingga mereka akan lebih cenderung menjual ikan segar secepat mungkin kepada konsumen meskipun harganya terkadang tidak terlalu berpihak kepada mereka apalagi bila kondisi ikan sudah tidak segar lagi. 
SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah yang dikemukakan di atas adalah :
       1). Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara intensif kepada ibu – ibu bakul ini secara terus menerus dengan memperkenalkan diversifikasi usaha pengolahan ikan, misalnya mengolah ikan segar menjadi abon ikan atau bakso ikan, membuat petis dan krispi ikan, dll. Sehingga pada saat musim paceklik tiba mereka telah mempersiapkan bahan baku ikan untuk diolah menjadi berbagai produk olahan yang bersumber dari ikan segar. Harapan kita adalah selain mereka mendapatkan nilai tambah produk, juga akan meningkatkan status sosialnya. Contoh : mereka yang tadinya menjual ikan segar dengan berpanas – panasan dan terburu – buru akan menjual ikan olahannya dengan lebih santai, mereka pun bisa menawarkan dagangannya ke supermarket atau swalayan bila produk olahannya dikemas dengan baik.
     2).  Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang diversifikasi usaha pengolahan ikan, ibu – ibu bakul/pajame – jame ini juga dapat diberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai bagaimana mempertahankan mutu ikan segar dalam waktu yang lebih lama misalnya dengan Cold Chain System (Sistem Rantai Dingin), contohnya dengan teknik pengesan yang baik, penyimpanan yang baik, dan lain – lain.
     
 KESIMPULAN
            Kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
         a. Diversifikasi usaha pengolahan ikan merupakan salah satu solusi yang tepat bagi ibu – ibu     bakul/pajame -jame untuk membantu meningkatkan derajat kesejahteraan mereka khususnya pada saat musim paceklik ikan yaitu saat mereka tidak mendapatkan lagi bahan baku ikan segar untuk dijual langsung kepada konsumen. Usaha alternatif ini juga dipandang mampu memacu kreatifitas ibu – ibu ini untuk menciptkan produk – produk ikan lainnya yang bernilai tambah.  
        b. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai diversifikasi usaha pengolahan ikan, ibu – ibu bakul / pajame – jame ini juga perlu dibekali dengan ilmu penanganan ikan segar yang baik sehingga saat mereka melakoni profesinya sebagai pedagang ikan segar mereka pun dapat meningkatkan nilai tambah ikan segar yang akan dijual dengan jalan memperpanjang masa kesegaran ikannya.

PENUTUP
Demikian makalah ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana upaya memberdayakan pedagang ikan perempuan agar mereka memiliki alternatif usaha tambahan melalui diversifikasi usaha pengolahan ikan.
  

DAFTAR PUSTAKA :

Nikijuluw, V.P.H. 2001.  Potensi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. Makalah. Pelatihan Pengelolaan
 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar