Kamis, 15 Juni 2017

Alat Tangkap Bubu

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi


Definisi Alat Tangkap Bubu  

Pengertian Alat Tangkap Bubu - Bubu merupakan alat tangkap yang cukup dikenal di kalangan nelayan, alat tangkap ini berupa jebakan dan bersifat pasif dan tergolong sebagai alat tangkap jenis traps (perangkap). Alat ini berbentuk seperti kurungan, sehingga ikan yang sudah masuk tidak akan bisa keluar. Bagian-bagian dari bubu sendiri terdiri dari rangka, badan, pintu masuk, pintu untuk mengambil hasil tangkapan dan kantung umpan. Prinsip dasar dari bubu yaitu menarik perhatian ikan target dengan menggunakan umpan agar target dapat masuk kedalam perangkap/bubu. Bubu ditujukan untuk menangkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.  


Klasifikasi Bubu Berdasarkan Cara Operasi 

  1. Bubu Dasar (stationary fish pots). Bubu dasar merupakan jenis bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan. Ukuran bubu disesuaikan dengan kebutuhan nelayan. Bubu kecil berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30cm. Untuk bubu berukuran besar mencapai 3.5m, lebar 2m, dan tinggi 75-100cm. Bubu dasar biasanya dioperasikan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Hasil tangkapan dari bubu dasar yaitu udang, kepiting, rajungan, dan beberapa ikan dasar perairan seperti: Ikan Baronang (siganus sp), Ikan Kerapu (epinephelus sp), Ikan Kakap (lutjanus sp), dll
  2. Bubu Apung (floating fish pots). Bubu apung merupakan jenis bubu yang pengoperasiannya dalam keadaan diapungkan. Bentuk bubu apung yaitu silindris, dapat juga menyerupai kurungan atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bamboo atau rakit yang penggunaannya diletakkan diatas alat tangkap ini. Dalam pengoperasiannya, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman perairan. Hasil tangkapan dari alat tangkap ini yaitu beberapa jenis ikan pelagis seperti: ikan julung-julung, ikan selar, ikan kembung dan masih banyak lagi.
  3. Bubu Hanyut (drifting fish pots). Bubu hanyut merupakan jenis bubu yang pengoperasiannya dalam dengan dihanyutkan. Berbentuk silindris dengan panjang 0.75m, diameter 0.5-0.5m. Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, dan ikan terbang (flying fish).
 Klasifikasi Bubu Berdasarkan Bentuk
  1. Bubu berbentuk kerucut terpotong
  2. Bubu berbentuk pyramid terpotong, silinder
  3. Bubu berbentuk semi silinder
  4. Bubu berbentuk kotak 
Klasifikasi Bubu Berdasarkan Sasaran Tangkapan 
  1. bubu kepiting
  2. bubu udang
  3. bubu lobster
  4. bubu ikan
  5. bubu cumi-cumi

Bubu berbentuk kubah lebih mudah pengoperasiannya bila dibandingkan dengan alat tangkap bubu yang lain. Mengapa demikian? Menurut Ir. Zarochman, MSc (2014) bubu berbentuk kubah memiliki keunggulan yaitu:
  1. Stabil waktu penurunan mencapai dasar
  2. Posisi menetap pada dasar
  3. Penarikan lebih ringan
  4. Kerangka lengkung lebih tahan lama
  5. Layak untuk perairan yang semakin dalam
  6. Mudah dibentuk dari bahan kawat
  7. Oleh karena itu, bubu kubah lebih mudah pengoperasiannya 
Umpan yang digunakan Alat Tangkap Bubu

Alat tangkap bubu merupakan alat tangkapan yang pengoperasiannya dengan menarik perhatian ikan dengan menggunakan umpan, sehingga ikan yang menjadi target dapat masuk dan terperangkap ke dalam alat tangkap ini. Nah, umpan yang digunakan pada alat tangkap bubu ini meliputi: Ikan segar atau ikan diasinkan. Contoh: ikan rucah, ikan layur, ikan layang, dll. Syarat umpan yang baik yaitu memiliki warna daging cerah/mencolok, ada bau khas, daging tahan lama, dan memiliki warna menarik. 

Cara Pengoperasian Alat Tangkap Bubu 

Langkah pengoperasian meliputi: setting (penyiapan dan pelepasan alat tangkap), immersing (perendaman alat tangkap) dan hauling (penarikan alat tangkap).
  • Setting dilakukan sekitar 1 jam, tergantung jumlah bubu. Dalam hal ini, dimulai dari pemberian umpan, kemudian perahu diberangkatkan menuju fishing ground (daerah penangkapan) sambil mengamati kondisi perairan. Kemudian dilanjutkan pemasangan alat tangkap.
  • Immersing atau lama perendaman alat tangkap bisa dilakukan hanya dalam beberapa jam, dapat juga dilakukan satu malam, atau direndam dalam tiga atau empat hari.
  • Hauling sekitar 3 jam. Pengangkatan bubu harus dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar memberikan kesempatan ikan dalam beradaptasi terhadap perbedaan tekanan air dalam perairan.  







Fishing Ground Bubu: Ayodhyoa (1981)  

  • Arus laut tidak terlalu kuat;
  • Dasar perairan terdiri dari lumpur atau pasir, tidak terdapat benda yang dapat menyangkut pada alat tangkap saat dilakukan operasi penangkapan;
  • Dasar perairan datar atau tidak terdapat perbedaan kedalaman perairan yang mencolok.
  

Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja Perikanan Bubu  

  • Perahu: Rp. 10 Juta/unit
  • Alat tangkap (bubu): terdiri dari 350-450 bubu/unit perahu (Rp. 5 juta)
  • Mesin kapal: 16-24 PK, harga Rp. 4 juta/unit (bekas)
  • Perbekalan: Rp. 250.000/trip (umpan, BBM, makan, rokok). 

Sumber : http://togaikan.blogspot.co.id/2017 

Selasa, 13 Juni 2017

CARA MEMBUAT IKAN KERING

Oleh :
 Budi Santoso, S.St.Pi

Ikan kering merupakan produk ikan yang paling mudah pembuatannya. Jeroan dan sisik ikan dibuang, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Ikan berukuran kecil bisa langsung dikeringkan. Ikan kering mempunyai aroma yang agak berbeda dengan ikan segar. Terjadinya oksidasi lemak menyebabkan ikan kering mempunyai aroma yang khasHasil gambar untuk gambar ikan kering 

BAHAN UTAMA YANG DIGUNAKAN :

- IKAN

PERALATAN YANG DIPERLUKAN :
1) Pisau. Alat ini digunakan untuk membuang sisik dan jeroan, serta untuk membelah ikan yang berukuran besar. Pisau yang digunakan hendaknya tajam, tipis dan terbuat dari logam stainless steel.
2) Sikat ikan. Alat ini digunakan untuk menyikat sisik sehingga lepas dari kulit ikan.
3) Talenan. Alat ini digunakan sebagai alas pada saat mengiris ikan.
4) Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan daging. Pengering dapat berupa alat penjemur sederhana atau berupa alat pengering yang berbahan bakar (minyak, kayu bakar, atau arang) bertenaga listrik atau bertenaga cahaya matahari.
CARA PEMBUATAN :
1) Proses Pendahuluan
a. Proses pendahuluan dilakukan terhadap ikan berukuran sedang dan besar. Ikan berukuran kecil atau teri (panjang kurang dari 10 cm) tidak memerlukan proses pendahuluan. Ikan hanya perlu dicuci (jika kotor), kemudian dapat langsung dikeringkan.
b. Ikan berukuran sedang dan besar (panjang lebih dari 15 cm) perlu diberi proses pendahuluan, yaitu penyiangan, pembelahan, dan filleting.
2) Penyiangan
a. Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya. Kemudian dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.
b. Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan kepala ikan terpotong.
c. Kemudian perut ikan dibelah dari anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya.
d. Perut yang sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang.
e. Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk membuang sisa-sisa darah.
f. Setelah itu, ikan dicuci sampai bersih.
3) Pembelahan
Ikan yang dikeringkan sebaiknya dibelah agar permukaan menjadi luas sehinga waktu pengeringan lebih singkat.
a. Ikan ukuran sedang. Ikan dibelah pada bagian perut. Pembelahah dimulai dari kepala ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggung terpotong.
b. Ikan ukuran besar
- Mula-mula ikan dibelah pada baian perut. Pembelahan dimulai dari bagian bawah insang ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggun terbelah.
- Setelah itu ikan dibalik. Ikan dibelah pada bagian perut. Pembelahan dimulai dari kepala ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggung terpotong. Dengan demikian terdapat dua belahan, dan permukaan ikan semakin luas, dan ikan semakin tipis. Hal ini memungkinkan ikan lebih cepat kering.
4) Filleting
Filleting adalah penyayatan daging rusuk secara membujur sehingga menghasilkan daging tanpa tulang. Filleting tidak selalu harus dilakukan. Proses ini hanya dilakukan jika produk ikan yang dikehendaki berupa sayatan yang bebas tulang.
a. Filleting ikan ukuran sedang
- Ikan diletakkan di atas talenan. Kepala ikan menghadap ke kanan dan perut menghadap ke arah pekerja (jika pekerja bukan kidal). Bagian bawah insang diiris melintang sampai menyentuh tulang belakang.
- Daging diiris dari arah sayatan tadi mengarah ke ekor. Mata pisau diusahakan menyentuh tulang belakang, tapi tidak sampai melukainya.
- Ikan dibalikkan, dan prosedur b di atas diulangi. Irisan yang diperoleh disebut fillet.
- Jika perlu, tulang rusuk pada fillet dapat diiris dan dibuang.
b. Filleting ikan ukuran besar
- Ikan diletakkan di atas talenan. Perut menghadap ke atas, dan kepala mengarah ke kanan. Kepala dipotong mengikuti alur tulang rahang.
- Ikan disayat dari arah kepala menuju ekor seperti gambar dibawah ini. Mata pisau harus menyentuh tulang belakang tanpa melukai tulang tersebut.
- Ikan dibalik, sehingga kepala menghadap ke kiri. Kemudian dilakukan penyayatan seperti No. b diatas. Irisan daging yang diperoleh disebut fillet.
- Jika perlu, tulang rusuk pada fillet dapat diiris dan dibuang.
5) Pengeringan
a. Pengeringan ikan ukuran kecil
Ikan ukuran kecil dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 7%. Selama penjemuran atau pengeringan, ikan perlu dibalik-balik sehingga pengeringan lebih cepat dan merata.
b. Pengeringan ikan ukuran sedang dan besar
- Ikan yang telah dibelah, atau fillet dijemur di bawah sinar matahari, atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 7%.Khusus unruk ikan atau fillet yang cukup besar, pengeringan dilakukan dengan berbagai cara:
- Bahan dijemur atau dikeringkan dalam posisi tergantung.
- Bahan dijemur atau dikeringkan dalam posisi tergeletak di atas tampah atau rak pengering.
- Bahan dijepit dengan anyaman kawat tahan karat agar diperoleh produk kering yang datarnya permukaanya.
- Penyimpanannya. Ikan atau fillet yang benar-benar kering dapat dikemas di dalam kantong plastik, kemudian si-seal dengan rapat. Daging yang kurang kering (kadar air di atas 8%) tidak dapat dikemas di dalam wadah yang tertutup rapat.
Sumber : http://nibras-satrio.blogspot.co.id/2013/07/cara-membuat-ikan-kering.html
 
 

Senin, 05 Juni 2017

Membuat Ikan Peda

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi

Hasil gambar untuk membuat ikan peda 

A. Bahan Baku
    - Ikan
      Kesegaran ikan sangat mempengaruhi mutu hasil akhir, maka ikan yang akan diolah menjadi peda harus segar karena ikan yang sudah busuk akan menghasilkan peda bermutu rendah dan akan membahayakan kesehatan. Pada dasarnya semua jenis ikan dapat diolah menjadi peda, akan tetapi umumnya ikan yang digunakan sebagai bahan baku peda adalah ikan kembung (Restrelliger spp). Di kenal dua jenis peda yaitu peda merah yang dibuat dari ikan kembung betina ( Restrellinger nglegtus) dan peda putih yang dibuat dari ikan kembung ikan jantan ( Restrelliger knagorta). 
   - Garam 
     Garam yang digunakan harus mempunyai kemurnian tinggi,artinya mengandung garam NaCl tinggi minimal 98%. Bila garam yang digunakan mengandung garam-garam calcium dan magnesium lebih dari 1% maka akan menghasilkan peda yang kurang baik.

B. Prinsip Fermentasi
Peda merupakan salah satu produk olahan tradisional yang dibuat dengan cara fermentasi. Fermentasi adalah proses penguraian daging ikan oleh enzim yang akan memberikan hasil yang menguntungkan. Proses fermentasi serupa dengan pembusukan, tetapi fermentasi ini menghasilkan zat-zat yang memberikan rasa dan aroma yang spesifik.

Terjadinya fermentasi memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :
– Suasana lembab
– Adanya oksigen dalam jumlah terbatas / semi aerob dan
– Adanya garam

C. Membuat Ikan Peda
Bahan baku :
– Ikan kembung 10 kg
– Garam 2,5 kg
Alat :
– Bak /pan plastic/ember
– Pendil/peti
– Timbangan
– Rak penirisan
– Merang / daun pisang kering
– Pemberat (kayu, batu)

Cara:
  1. Cuci ikan dan timbang beratnya untuk menentukan banyaknya garam yang digunakan. Umumnya garam yang digunakan 25 – 30% dari berat ikan.
  2. Campurkan ikan dan garam, kemudian susun ikan dalam bak/pan plastik selapis demi selapis dengan diselingi garam
  3. Pada permukaan paling atas diberikan lapisan garam lebih tebal ( +1 jam),tutup dengan penutup dari pepen / tampah dan beri pemberat. Simpan di tempat yang bersih dan sejuk selama 3 – 6 hari.
  4. Bongkar ikan, kemudian cuci dengan air dan tiriskan pada rak peniris
  5. Jemur / angin-anginkan sampai ikan kelihatan kesat / padat
  6. Lumuri ikan dengan garam dan susun berlapis dalam pendil / peti yang telah dialasi merang atau daun pisang kering.
  7. Tutuplah bagian atas dengan merang / daun pisang kering dan diberi pemberat di atasnya
  8. Pada saat pengepakan harus rapat, jangan sampai oksigen masuk.
  9. Simpan di tempat yang bersih selama 10 s.d 15 hari untuk proses fermentasi sampai tercium bau peda.

Sumber : https://bisnisukm.com/pembuatan-ikan-peda.html

Jumat, 19 Mei 2017

Alat Tangkap Longline

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi


Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat pasif. Sehingga, tidak merusak sumber daya hayati perairan (Herlindah, 2004). API Longline enggunakan umpan untuk menarik perhatian ikan.
Target ikan : ikan tuna, dsb






Alat tangkap terdiri dari : tali utama (main line), tali cabang (tali pancing, branch line), tali pemberat, pemberat, pelampung, tali pelampung (float line), bendera (sign flag), jangkar (anchor), tali jangkar (anchor line), dan mata pancing (hook).

                                                            jenis-jenis mata pancing

Klasifikasi Longline : 
Berdasarkan cara pengoperasian
Drift Longline, yaitu longline yang dioperasikan dalam keadaan hanyut
Bottom Longline, yaitu longline yang dioperasikan didasar perairan
Berdasarkan letak pengoperasiaran di perairan
Longline permukaan (surface longline)
Longline pertengahan (midwater longline)
Longline dasar (bottom longline)
Berdasarkan kontruksi alat tangkap
Longline tegak (vertical longline)
Longline mandatar (horizontal longline)
Berdasarkan jenis ikan yang ditangkap
Longline tuna, longline cucut, dsb 

 
                                                         umpan untuk menangkap tuna

 
Operasi Alat Tangkap Longline Tuna Kapal rawai tuna dapat memperkerjakan 15-23 orang
Langkah Pengoperasian 
Setting (penyiapan dan pelepasan alat tangkap), Immersing (perendaman alat tangkap), dan hauling (penarikan alat tangkap). 
Setting dilakukan sekitar 5 hingga 6 jam tergantung pada kondisi main line, branch line dan hauling terakhir Jika hauling dilakukan pukul 04.00 maka setting selanjutnya dilakukan pukul 07.00 dengan kecepatan 2-5 knots Setelah setting, line dilepas, dimana setelah 3-5 jam pelepasan line (drifting), maka selanjutnya dilakukan hauling Hauling biasanya dilakukan pukul 17.00

Pembagian kerja pada saat hauling

1 Oang mengoperasikan line hauler, 1 orang memantau dan mengatur main line ke basket, 2 orang menggulung branch line, dan 4 orang standby untuk membenahi penempatan branch line dan main line, serta memproses ikan yang tertangkap. 

 

posisi hook ketika mendapat ikan  

Jenis-jenis Ikan Tuna
 
A. Nama Indonesia : Tuna sirip kuning atau Madidihang 
Nama Internasional : Yellowfin Tuna
Nama Latin : Thunnus albacore 
Fork Length atau ukuran layak tangkap 120cm 
B. Nama Indonesia : Tuna sirip biru selatan 
Nama Internasional : Southern Bluefin Tuna 
Nama Latin : Thunnus macoyii 
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 140cm 
C. Nama Indonesia : Tuna mata besar 
Nama Internasional : Big Eye Tuna 
Nama Latin : Thunnus Obesus 
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 120cm 
D. Nama Indonesia : Albakora Nama Internasional : Albacore
Nama Latin : Thunnus alalunga 
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 95cm 

Sumber : http://togaikan.blogspot.co.id/2016 

Rabu, 10 Mei 2017

Mengenal Alat Bantu Penangkapan Ikan Jaket Tuna



 

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi


Jaket tuna merupakan alat bantu penanganan ikan pasca penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur tuna (tuna hand lines). Alat ini dipasang atau digunakan ketika mata kail pada pancing ulur termakan oleh ikan sasaran tangkapan (tuna). Untuk memperoleh kualitas ikan tangkapan yang baik pada penggunaan pancing ulur, maka diupayakan dengan cara mengurangi gerakan ikan sehingga dapat mempercepat proses penangkapan ikan. Salah satu alat bantu untuk mengurangi gerakan ikan tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah jaket tuna.

Jaket tuna dioperasikan setelah ikan sasaran terasa terkait/tersangkut pada mata pancing, kemudian jaet tuna segera dipasang dan diluncurkan melalui tali pancing untuk mengurangi atau menyelubungi ikan tangkapan. Penggunaan jaket tuna diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pasca penangkapan tuna dengan pancing ulur. Jaket tuna tersebut bias mengurangi kelelahan fisik ikan akibat meronta-ronta karena terkena mata pancing, sehingga mampu menjaga ikan dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama (daging tuna berkualitas baik).

Keuntungan penggunaan jaket tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah dapat mempercepat waktu penangkapan ikan tuna hasil tangkapan ke atas kapal sehingga lebih efisien. Efisiensi waktu tersebut dapat berpengaruh pada kualitass hasil tangkapan yang menjadi tujuan penangkapan.

Konstruksi Jaket Tuna

Bentuk jaket tuna adalah berupa kurungan yang tersusun dari 3 rangkaian lingkaran/ring yang terbuat dari logam tahan karat (stainless stell). Ring tersebut dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan bentuk tubuh dari ikan tuna. Susunan rangkaian ring tersebut meliputi ring 1 (R1) dengan kriteria ukuran Lingkar Insang ikan. Ring ke 2 (R2) untuk sirip dada ikan dan Ring ke 3 (R3) adalah untuk perut ikan. Penentuan besarnya ring jaket tuna adalah berdasarkan morfologi ikan tuna ang rata-rata tertangkap. Sedangkan ukuran jaket tuna dibuat berdasarkan ukuran badan ikan tuna yang akan menjadi target sasaran penangkapan. Bentuk tubuh ikan tuna sangat berpengaruh terhadap konstruksi jaket tuna. Berikut ini cara pengukuran badan ikan untuk penentuan besarnya ring jaket tuna.

 


Spesifikasi Teknis Jaket Tuna
Spesifikasi teknis jaket tuna model tanpa engsel bukaan
Bahan Besi Stainlesstell, diameter 10 mm
Tinggi 37 cm
Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm
Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm
Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm
Jarak ring 1 – 2 sebesar 17 cm
Jarak ring 2 – 3 sebesar 26 cm
Jeruji/kisi, antara ring 1 – ring 2 = 3 jeruji
Jeruji/kisi, antara ring 2 – ring 3 = 6 jeruji
Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali
Ring dilapisi dengan selang plastic 0,5”, diikat dengan tali PA mono no 20
Per/Pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah
Cara Pengoperasian
Apabila ikan telah memakan umpan pancing, jaket tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap pancing ulur.








Apabila Ikan telah memakan umpan pancing, jaket tuna diluncurkan ke arah ikan yang telah tertangkap pancing.

Ikan tuna yang telah berada dalam kurungan jaket tuna tidak bisa bergerak bebas sehingga memudahkan dalam penanganan.

Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang :  
                http://balebetenajuku.blogspot.co.id

Senin, 10 April 2017

Cara Membuat Keramba Jaring Apung

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi



Bagaimana cara membuat keramba jaring apung? Salah satu ide sistem budidaya ikan yang efektif dan efisien adalah dengan menerapkan keramba jaring apung. Pada dasarnya, sistem ini memanfaatkan jaring yang diapungkan di air sebagai keramba pemeliharaan ikan. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk membuat kolam menjadi lebih hemat dan perawatannya pun lebih mudah karena tidak diperlukan lagi kontrol terhadap air. Biasanya pembuatan keramba jaring apung dilakukan sekaligus empat kolam dengan sebuah rumah jaga. Setiap kolam berukuran 5 x 5 m, 6 x 6 m, atau 7 x 7 m sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Masing-masing kolam keramba tersebut berfungsi sebagai tempat pemijahan, pendederan, dan pemeliharaan.

cara-membuat-keramba-jaring-apung.jpg 

Langkah - langkah dalam pembuatan Karamba Jaring Apung :

1. Membuat Kerangka Berpelampung

   Mulailah dengan merancang sketsa bagaimana spesifikasi keramba ini akan dibuat. Setelah itu, pasang kerangka keramba sesuai dari rancangan tersebut. Pelampung dari styrofoam, drum, atau tong plastik disusun sedemikian rupa dengan membaginya dua sama lebar. Umumnya, sebuah keramba ditopang oleh pelampung sebanyak 37 buah dengan jarak antarpelampung yaitu 1,7 m. Setiap pelampung ini diikat menggunakan karet timba yang dipasang di rangka keramba.  

2. Memasang Bambu Gembong

   Proses pemasangan bambu gembong sebagai pijakan dilakukan setelah rangka dan pelampung pelepah dipasang. Bambu gembong ini diletakkan di dalam air dengan ukuran panjang sesuai rangka keramba. Kemudian antarbambu tersebut ditopang memakai kaso yang dipaku ke badan gembong. Sedangkan untuk memperkuat posisi badan kolam tergambang gembong disarankan untuk mengikat celah antarpelampung menggunakan karet ban. 

3. Pembuatan Geladak

    Tahap selanjutnya yaitu pembuatan geladak yang dikerjakan seusai pemasangan kaso pada rangka keramba. Proses ini dilakukan dengan meletakkan geladak pada lubang paku yang sudah dibikin sebelumnya. Setelah geladak tersebut berhasil ditancapkan, bambu dipotong sesuai ukuran rangka keramba pada geladak, kemudian dihubungkan lagi ke kaso. Biasanya geladak yang dibutuhkan untuk keramba jaring apung terdiri atas 6-10 batang bambu yang berukuran sama. 

4. Pemasangan Jangkar untuk Kolam

    Kini saatnya memasang jangkar yang berfungsi untuk mempertahankan posisi keramba nantinya. Biasanya jangkar yang dipakai berupa batu kali yang dibungkus ke dalam karung dan dihubungkan oleh tali rafia. Setiap kolam keramba memerlukan batu seberat 200-250 kg. Batu jangkar ini diletakkan sejauh 50 m dari posisi keramba jaring apung. Sehingga panjang tali rafia yang dibutuhkan mempunyai ukuran 50 m ditambah dengan ukuran kedalaman air. 

5. Pemasangan Jaring Utama

    Setiap unit kolam keramba memiliki ukuran rangka 15 x 15 m dengan kolam berukuran 7 x 7 m. Pemasangan jaring dilakukan dengan mengikatkan setiap ujung jaring ini dengan pengait yang ada di bagian dalam rangka keramba. Agar bentuk keramba berkembang maksimal, setiap ujung dan tengah jaring dipasangi pemberat yang berbobot 3 kg. Sehingga di dalam setiap jaring utama memerlukan pemberat sebanyak 8 buah. 

6. Pemasangan Jaring Kolor

   Jaring kolor dipasang di luar rangka keramba dengan mengikatkannya ke bagian terluar rangka sehingga posisi jaring ini berada di bawah empat jaring utama. Jaring kolor berfungsi sebagai jaring lapis kedua yang juga dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan ikan yang mau memakan pakan sisa seperti ikan nila dan ikan lele. Untuk mempertahankan bentuk jaring kolor, jaring ini dipasangi 16 pemberat berbobot 5 kg, di mana 12 pemberat diletakkan di luar rangka kolor dan 4 pemberat ditaruh di sisi dalam setiap pembatas antarkolam. 

7. Pemilihan Mata Jaring

   Ukuran mata jaring yang dipasang di masing-masing keramba jaring apung disesuaikan dengan ukuran ikan yang bakal dipelihara di dalamnya. Sebagai contoh kolam penderan berisi ikan berbobot 5-10 gram memakai mata jaring 0,75 inci. Sementara untuk kolam pemeliharaan berisi ikan yang mempunyai berat 10-300 gram menggunakan mata jaring 1 inci. Begitu pula dengan jaring kolor umumnya dipasangi dengan jaring yang ukuran matanya sekitar 1,25 inci. 


Sumber :  http://tipsikan.blogspot.co.id/2015

Jumat, 24 Maret 2017

UPAYA KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) KE BAHAN BAKAR GAS (BBG) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA KAPAL PERIKANAN

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi


Berdasarkan kebijakan pembangunan KP (UU No.45 Tahun 2009 tentang perikanan) pembangunan sektor perikanan mempunyai tujuan untuk terwujudnya perikanan yang maju dan efisien. Salah satunya melalui peningkatan produktivitas kerja serta peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan yg maju, efisien dan tangguh. Upaya konversi BBM ke BBG merupakan salah satu langkah pemerintah untuk membantu nelayan dalam menekan biaya operasional kapal khususnya dalam penggunaan bahan bakar untuk kegiatan penangkapan ikan sekaligus untuk menekan biaya subsidi terhadap BBM yang selama ini dianggap membebani keuangan negara. Konversi BBM ke BBG sebenarnya sudah cukup lama dikembangkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui UPT BBPI Semarang, namun demikian untuk dapat langsung diterima dan diaplikasikan oleh nelayan butuh waktu yang tidak singkat, sebab persepsi nelayan terhadap BBG ini masih belum baik dengan berbagai macam alasan. Oleh karena itu perlu upaya keras untuk mensosialisasikannya.

Upaya konversi BBM ke BBG sebenarnya merupakan alternatif untuk mengurangi ketergantungan nelayan skala kecil terhadap ketersediaan pasokan BBM yang cenderung berkurang seiring eksploitasi yang dilakukan di bumi dan harga BBM yang cenderung naik sehingga diharapkan biaya operasional penangkapan ikan relatif stabil dan keberlangsungan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan skala kecil berlajut. Dengan penggunaan BBG diharapkan biaya operasioanal dapat ditekan sehingga dapat pula mengimbangi apabila terjadi penurunan produksi dimana harga jual ikan turun, sehingga nelayan tidak terlalu banyak mengalami kerugian karena penggunaan biaya operasional yang tidak terlalu besar dibandingkan penggunaan BBM yang sekitar 70 % merupakan  penyumbang biaya terbesar dalam sebuah operasional kapal perikanan. 


Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar ini mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi Nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif (wikipedia.org, 2015).
Bahan bakar gas adalah semua jenis bahan bakar yang berbentuk gas, biasanya bahan bakar gas ini termasuk golongan bahan bakar fosil (wikipedia.org, 2015).


Komposisi Perahu/Kapal Bermotor di  Indonesia 




Ada 2 jenis sistem bahan bakar untuk memanfaatkan BBG pada motor bakar konvensional (mesin bensin dan mesin diesel), yaitu :

- sistem yang memungkinkan BBM dan BBG bekerja tidak bersamaan atau sendiri-sendiri (bi-fuel system) cocok untuk Motor Bensin Serbaguna serta
- sistem yang mewajibkan BBM dan BBG bekerja bersamaan (dual-fuel system) cocok untuk Motor Diesel Stasioner.

 


  Supaya BBG dapat menggantikan atau mengurangi penggunaan Bensin/Solar maka mesin perlu ditambahkan peralatan yang disebut Conversion Kits Desain Conversion Kits diadopsi dari kendaraan bermotor di darat untuk digunakan pada motor penggerak kapal perikanan, dengan adanya Conversion Kits maka sistem bahan bakar konvensional pun berubah (terjadi modifikasi). Saat menggunakan Conversion Kits, mesin kapal tidak mengalami modifikasi yang rumit hanya penambahan sederhana dan penggantian, baut dudukan karburator untuk mesin bensin atau dudukan saringan udara untuk mesin diesel Sistem bahan bakar minyak tidak dihilangkan, tetap ada.
  
   Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan BBG/LPG di atas kapal : 
   1. Hindari sistem LPG dari nyala Api
   2. Ganti Selang LPG dan selang udara setiap setahun sekali dengan selang baru yang  
       standar.
   3. Gunakan klem selang yang berbahan baja tahan karat (stainless steel)
   4. Jika terjadi kebocoran pada regulator LPG tekanan tinggi, segera lepaskan dari katup       di tabung LPG dan gantilah seal atup tabung pada tabung LPG
   5.  Dilarang keras mengubah dan memodifikasi alat/komponen LPG konversion kit yang       ada untuk  menghindari hal - hal yang tidak diinginkan.
   6. Jika badan tabung LPG terlihat cacat seperti penyok dan perubahan bentuk pastikan   
       tidak ada kebocoran (gelembung gas) dengan merendamnya dalam air.
   7. Regulator LPG tekanan tinggi tidak boleh bergetar dan tidak megeluarkan bunyi pada
       saat dipasang di katup tabung LPG, serta tidak boleh mengalami kebocoran pada 
       bagian penutup regulator dan bagian kunci pemutarnya.
  8. Selang LPG dan selang udara harus lentur dan secara visual tidak ada kecatatan,   seperti lubang, robek atau kering - getas. 
 

1.  Upaya konversi BBM ke BBG pada kapal perikanan dimaksudkan sebagai upaya menekan biaya operasional kapal dari aspek BBM yang selama ini dirasakan cukup berat juga untuk menekan subsidi BBM dari pemerintah.
  
2. Konversi BBM ke BBG dilakukan bukan semata – mata untuk menghilangkan    penggunaan BBM pada kapal perikanan akan tetapi hal ini dilakukan sebagai alternatif, jadi konversi ke BBG ini menggunakan alat yang disebut Convertion Kit yang dipasang pada mesin, dapat berupa bi fuel system maupun dual fuel system. Sehingga sewaktu - waktu kapal dapat menggunakan BBM dan juga BBG tergantung kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA :
1.      Wikipedia. 2015. Pengertian BBM dan BBG.
2.   Syahasta Dwinanta G. 2015. Konversi BBM ke BBG pada Kapal Perikanan. BBPI Semarang.