Oleh :
Budi
Santoso, S.St.Pi
I. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Ikan sebagai makan sehat dan juga makanan
yang cepat rusak/membusuk merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang
namun memilki keterkaitan satu sama
lain, oleh karena itu dibutuhkan perhatian serius terhadap produk ini.
Pentingnya mengetahui bagaimana proses penurunan mutu ikan terjadi dan sumber –
sumber kontaminasi apa saja yang berpotensi terjadi serta bagaimana mencegah
sumber kontaminasi tersebut agar tidak menjadi media tumbuhnya bakteri yang
dapat merusak atau menurunkan mutu hasil perikanan.
2. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan dikaji dalam makalah
ini adalah bagaimana proses penurunan mutu ikan terjadi dan sumber kontaminasi
apa saja yang berpotensi menurunkan mutu ikan tersebut ?
II. KAJIAN TEORI
A.Pengertian
Penurunan Mutu
Penurunan mutu ikan atau yang lebih dikenal dengan istilah Pembusukan
ikan adalah
perubahan dan penurunan kualitas ikan sehingga menjadi tidak baik untuk dimakan
(Maulana, 2011)
I. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Ikan sebagai makan sehat dan juga makanan
yang cepat rusak/membusuk merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang
namun memilki keterkaitan satu sama
lain, oleh karena itu dibutuhkan perhatian serius terhadap produk ini.
Pentingnya mengetahui bagaimana proses penurunan mutu ikan terjadi dan sumber –
sumber kontaminasi apa saja yang berpotensi terjadi serta bagaimana mencegah
sumber kontaminasi tersebut agar tidak menjadi media tumbuhnya bakteri yang
dapat merusak atau menurunkan mutu hasil perikanan.
2. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan dikaji dalam makalah
ini adalah bagaimana proses penurunan mutu ikan terjadi dan sumber kontaminasi
apa saja yang berpotensi menurunkan mutu ikan tersebut ?
II. KAJIAN TEORI
A.Pengertian
Penurunan Mutu
Penurunan mutu ikan atau yang lebih dikenal dengan istilah Pembusukan
ikan adalah
perubahan dan penurunan kualitas ikan sehingga menjadi tidak baik untuk dimakan
(Maulana, 2011)
B. Kontaminasi
Kontaminasi
adalah benda asing berbahaya yang tidak seharusnya berada dalam produk yang
dapat berpotensi merusak mutu produk.
I.
PENURUNAN MUTU IKAN DAN KONTAMINASI
A. Penurunan
Mutu
Secara
umum ikan diperdagangkan dalam keadaan sudah mati dan seringkali dalam keadaan
masih hidup. Pada kondisi hidup tentu saja ikan dapat diperdagangkan dalam
jangka waktu yang lama. Sebaliknya dalam
kondisi mati ikan akan segera mengalami kemunduran mutu. Segera setelah ikan
mati, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya
pembusukan. Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya aktivitas
enzim, kimiawi dan bakteri. Enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak
bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor), bau (odor),
rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas kimiawi adalah terjadinya
oksidasi lemak daging oleh oksigen. Oksigen yang terkandung dalam udara
mengoksida lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik (rancid). Perubahan
yang diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh terjadinya kerusakan
komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimia.
Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang yang lebih sederhana. Kondisi ini
lebih disukai bakteri sehingga memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu berlangsung sangat kompleks. Satu
dengan lainnya saling kait mengait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya
ketiga aktivitas secara bersamaan.
- Seluruh permukaan tubuh,
- Isi perut,
- Insang.
Perubahan –
Perubahan Yang Terjadi Setelah Ikan Mati
a. Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
b. Rigormortis
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan sebagai segar.
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan sebagai segar.
c. Autolysis
Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
d. Bacterial Decomposition (dekomposisi
oleh bakteri)
Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang banyak sekali, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar. Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan autolisis.
Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang banyak sekali, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar. Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan autolisis.
B. Kontaminasi
Sumber Kontaminasi
Sumber – sumber kontaminasi adalah :
1.
Tempat
2.
Peralatan
3.
Air
kotor
4.
Binatang
5.
Es
yang tercemar
6.
Manusia
Jenis - Jenis Kontaminasi
Jenis – jenis kontaminasi yang sering terjadi
pada ikan adalah :
1. Aspek Biologi : Bakteri (Staphylococcus
aureus (atau Staph), Listeria
monocytogenes,
Salmonella, cacing
2. Aspek
Kimia : Minyak, pelumas, solar, bahan kimia lainnya yang ada di atas kapal
perikanan.
3. Aspek
Fisika : seperti plastik, kertas, daun, dsbnya.
Apa saja yang perlu dilakukan untuk
mencegah kontaminasi :
1.
Menjaga
kebersihan permukaan yang kontak dengan ikan
2.
Menjaga
kebersihan diri
3.
Pengendalian
binatang
II. KESIMPULAN
1.
Penurunan mutu ikan atau yang lebih dikenal dengan
istilah Pembusukan ikan adalah
perubahan dan penurunan kualitas ikan sehingga menjadi tidak baik untuk
dimakan, untuk mempertahankan mutu ikan
agar tidak cepat mengalami penurunan mutu maka kita perlu mengetahui
tahapan – tahapan (proses) penurunan mutu ikan itu sendiri sejak ditangkap
hingga proses distribusi sehingga diperoleh langkah – langkah untuk
menanggulanginya.
2.
Kontaminasi
adalah benda asing berbahaya yang tidak seharusnya berada dalam produk yang
dapat berpotensi merusak mutu produk. Sumber kontaminansi atau selanjutnya
disebut kontaminan dapat berasal dari peralatan, tempat maupun manusia baik
berupa bakteri, solar, oli, plastik, maupun benda lainnya yang tidak diharapkan
ada dalam produk perikanan kita.
DAFTAR PUSTAKA :
pembusukan-ikan
2. Maulana,
2011. Proses Penurunan Mutu Ikan dan
Kontaminasi. PPN Palabuhan
Ratu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar