Rabu, 27 September 2017

Dinamika Kelompok Perikanan

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi



Dinamika Kelompok adalah suatu keadaan dimana suatu kelompok dapat menguraikan, mengenali kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang dapat membuka perilaku dan anggota-anggotanya.
TUJUAN DINAMIKA KELOMPOK
• Meningkatkan proses interkasi antara anggota kelompok sehingga menyebabkan terjalinnya    hubungan psikologis yang nyata diantara anggota kelompok, seperti rasa solidaritas, rasa memiliki kelompok, rasa saling tergantung antara anggota kelompok, dsb.
• Meningkatkan produktivitas kelompok melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSK) anggota kelompok.
• Mengembangkan kelompok kearah yang lebih baik, maju, dan kompak.
• Meningkatkan kesejahteraan hidup anggota kelompok. 
UNSUR_UNSUR DINAMIKA KELOMPOK
1. Tujuan kelompok, adalah gambaran yang diharapkan anggota akan dicapai oleh kelompok. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota kelompok mempunyai lima kemungkinan bentuk yaitu 1) Sepenuhnya bertentangan, 2) Sebagian bertentangan, 3) Netral, 4) Searah, 5) Identik.
2. Struktur kelompok, merupakan bentuk hubungan antar individu-individu dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Beberapa hal berhubungan dengan struktur kelompok adalah : a) struktur kekuasaan atau pengambilan kekuasaan, b) Struktur tugas atau, c) Pembagian pekerjaan, d) Struktur komunikasi, e) Sarana yang tersedia untuk terjadinya interaksi
3. Fungsi-fungsi, fungsi berkaitan dengan semua kegiatan yang harus dilakukan kelompok dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kriteria yang digunakan untuk mengukur fungsi tugas adalah a) Fungsi memberi informasi, b) Fungsi koordinasi, c) Fungsi memuaskan anggota, d) Fungsi berinisiatif, e) Fungsi untuk mengajak berpartisipasi, f) Fungsi menjelaskan kepada yang lain.
4. Mengembangkan dan membina kelompok, Hal ini dimaksudkan sebagai usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok. Usaha mempertahankan kelompok dapat dilihat dari beberapa ciri: a) Partisipasi semua anggota kelompok, b) Adanya fasilitas, c) Menumbuhkan kegiatan, d) Menciptakan norma, e) Adanya kesempatan mendapatkan anggota baru, f) Proses sosialisasi.
5. Kekompakan kelompok, Menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok. Dapat meningkatkan potensi kelompok dan rasa memiliki kelompok pada diri anggota kelompok. Faktor yang mempengaruhi kekompakan kelompok: a) Kepemimpinan kelompok, b) Keanggotaan kelompok, c) Nilai tujuan kelompok, d) Homogenitas anggota kelompok, e) Keterpaduan kegiatan kelompok, f) Jumlah anggota kelompok.
6. Suasana kelompok, Adalah suasana fisik dan emosional, seperti keramahan, saling mencurigai, yang memungkinkan anggota saling mengisi dan merasakan kesatuan tidak terpisahkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suasana kelompok: a) Hubungan antara anggota kelompok, b) Kebebasan berpartisipasi, c) Lingkungan fisik 
7. Tekanan pada kelompok, Adalah tekanan-tekanan dalam kelompok yang menimbulkan ketegangan pada kelompok tersebut untuk menimbulkan dorongan ataupun motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok (group presure): a) Membantu mencapai tujuan kelompok, b) Membantu anggota kelompok memperkuat pendapatnya , c) Mempertahankan dirinya sebagai kelompok , d) Memantapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya
8. Efektivitas kelompok, Adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil dengan baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.

Sumber : http://pilarpenyuluhan.blogspot.co.id/2014/03/dinamika-kelompok.html

Selasa, 19 September 2017

Jenis Produk Hasil Perikanan Non Konsumsi

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi

Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi adalah salah satu unit Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang mempunyai lingkup tugas di bidang pengembangan produk nonkonsumsi dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor; KEP.090/DJ-P2HP/2011 tentang Regristrasi Unit Penanganan, Pengolahan Hasil Perikanan Nonkonsumsi (UPPN) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor: KEP.016/DJ-P2HP/2012, yang termasuk dalam Produk Hasil Perikanan Nonkonsumsi akan diuraikan dengan penjelasan terlampir. Pengawas Perikanan harus mengetahui ini karena merupakan salah satu obyek pengewasan.
 


Ikan Hias
Ikan hias adalah ikan air tawar atau air laut yang merupakan hasil dari kegiatan budidaya atau penangkapan ikan, pada tahap pasca panen  (ditangani UPPN mulai dari tahap pemanenan, penampungan hingga distribusi, transportasi), yang digunakan untuk ikan hias, dan bukan untuk konsumsi manusia. 

 1. Ikan Hias Air Tawar


Ikan Hias Air Tawar adalah segala jenis organisme yang siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan tawar yang lebih banyak peruntukannya dipandang keindahannya baik bentuk dan warna;
2. Ikan Hias Air Laut


Ikan HIas Air Laut  adalah segala jenis organism yang siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan laut (asin) yang lebih banyak peruntukannya dipandang keindahannya baik bentuk dan warna.
3. Tanaman Hias Air


Tanaman Hias Air adalah tanaman yang telah beradaptasi hidup di lingkungan perairan. Tanaman ini perlu adaptasi untuk dapat hidup di dalam atau mengambang di permukaan air, atau hanya dapat tumbuh dalam tanah yang secara permanen jenuh dengan air.
4. Mutiara


Mutiara adalah produk hasil perikanan berupa butiran permata yang dihasilkan oleh kerang mutiara laut atau air tawar.
5. Kerajinan


Kerajinan adalah kerajinan yang dihasilkan oleh industri menggunakan bahan baku kulit ikan, kerang, sisik, tanaman hias air dan lain-lain. Kulit ikan, kerang, sisik dan tanaman hias air yang digunakan bukan berasal dari jenis yang dilarang dalam perdagangan.

6. Minyak Ikan
Minyak Ikan adalah minyak yang diperoleh dari hati ikan atau bagian-bagian tubuh lainnya. Produk dapat berupa minyak ikan kasar maupun yang telah diolah untuk keperluan medis/farmasi ataupun kosmetik.

7. Tepung Ikan


Tepung Ikan atau bagian-bagian ikan yang minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian digiling.

8. Garam


Garam adalah produk pasca panen hasil kelautan berupa garam yang digunakan untuk keperluan industri, medis atau laboratorium.
9. Tulang Ikan


Tulang Ikan adalah tulang ikan yang berasal dari hewan mamalia yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk produk intermediate berupa tulang maupun produk lanjutan dalam penggunaannya untuk keperluan medis atau farmasi.
10. Khitin dan Khitosan


Khitin dan/atau Khitosan adalah hasil samping yang didapat dari limbah kulit crustasea. Saat ini khitin dn khitosan menjadi salah satu bahan kimia dan bahan baku industry yang menjadi unggulan khususnya bagi industri farmasi, kesehatan, kosmetik, makanan, pengolah limbah dan air, fotografi, kayu dan kertas untuk industri.
11. Kolagen


Kolagen adalah produk yang diekstraksi dari bagian-bagian ikan seperti sisik ikan, kulit, tulang, biasanya digunakan untuk kebutuhan kosmetik, medis/farmasi.
12. Gelatin


Gelatin adalah produk yang diekstraksi dari tulang ikan, umumnya digunakan dalam industry pangan, dan farmasi. Biasanya digunakan sebagai bahan pengatur elastisitas.
13. Silase


Silase adalah sumber protein atau pakan ternak yang berasal dari ikan yang telah melalui proses penggilingan baik diambil atau tidak minyaknya.
14. Rumput Laut Untuk Keperluann Medis, Farmasi, Kosmetik



Rumput   Laut untuk keperluan medis/farmasi, kosmetik adalah rumput laut kering, Semi Refined Carragenan/ Alkali Traeted Cottonii sebagai produk intermediate atau produk yang sudah digunakan dalam formulasi untuk keperluan medis/ farmasi atau kosmetik seperti sabun, lotion, cream dan pengharum ruangan.

15. Produk Bioteknologi Kelautan dan Perikanan


Produk Bioteknologi Kelautan/ Perikanan adalah produk yang diperoleh menggunakan bahan baku hasil kelautan/ perikanan dengan memanfaatkan bioteknologi. Contoh produk: enzim, produk bioaktif hasil laut/ perikanan, food suplemen dari microalgae, dan lain-lain.
16. Artemia


Artemia adalah kista dari artemia sebagai bahan pakan. Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari fillum Arthropoda, berkerabat dekat dengan zooplankton lain, hidup di danau-danau bergaram.

17. Bubuk Kulit Kerang Mutiara


Bubuk Kulit Kerang Mutiara adalah bubuk/ serbuk halus dari cangkang mutiara yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik.
Sumber : Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi
Direktorat Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan 

Minggu, 17 September 2017

DAMPAK SAMPAH PLASTIK TERHADAP PERAIRAN LAUT

Oleh : Budi Santoso, S.St.Pi

Ancaman Sampah Plastik yang 'Menggunung' di Laut Indonesia 


Feed - The Ocean Clean Up, sebuah yayasan yang fokus menangani kebersihan laut, saat ini sedang menjalani gerakan terbesar untuk mengangkat sampah dari samudera. Namun, mereka juga memiliki kendala besar walaupun didukung oleh lembaga program lingkungan dunia seperti United Nation Environment Programme (UNEP). Usaha terbaik sebenarnya dimulai dari diri sendiri. Jangan malas membuang sampah ke tempatnya. 
1. Polusi plastik

Letak penyebaran tempat penampungan sampah plastik via theoceancleanup.com
Data UNEP tahun 2005 menyebut jutaan ton plastik tersebar di seluruh laut dunia. Sebuah cara dilakukan untuk memusatkan plastik di lima putaran arus dan hal  itu dikenal dengan sebutan gyres atau spiral.

Peta Laut Meksiko via asset.kompas.com
Lima putaran arus itu salah satunya menuju Laut Meksiko dan di sana merupakan tempat penampungan sampah paling luas. Ukurannya enam kali lebih besar dari penampungan yang lain. Hal itu terjadi karena sebanyak sepertiga plastik seluruh laut dunia bermuara ke sana.
2. Ekologi

Keberadaan sampah di laut setidaknya telah membuat satu juta burung laut mati dan ratusan ribu mamalia laut musnah akibat polusi plastik. Selengkapnya Dampak Sampah Laut Terhadap Ekologi via theoceancleanup.com.
3. Kesehatan

Racun zat kimia yang terserap dari plastik juga semakin bertambah jika dibiarkan dalam waktu panjang. Apalagi manusia masih mengonsumsi panganan dari laut seperti ikan, kepiting, dan rumput laut.
4. Ekonomi

Laut tercemar karena sampah yang dibuang manusia, namun limbah itu pun yang membuat manusia merugi. Contohnya adalah harga ikan yang melangit karena banyak ikan mati karena limbah. Selengkapnya Dampak Sampah Laut Terhadap Ekonomi via theoceancleanup.com.

Senin, 04 September 2017

Dampak Overfishing dalam mendegradasi kelestarian Sumberdaya Perairan

Diposting : Budi Santoso, S.St.Pi


Overfishing (penangkap ikan berlebihan) merupakan salah satu penyebab kemiskinan nelayan. Oleh sebab itu saatnya dilakukan pengaturan pembatasan penangkapan ikan agar ada waktu bagi biota laut untuk pulih.
Hal itu diungkapkan Pigoselpi Anas dalam ujian terbuka doktor di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jumat (30/12) petang. Istri mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Rokhmin Dahuri MSc ini berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan para penguji: Dr Ir Dedy H Sutisna MS, Dirjen Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Prof Dr Mulyono Baskoro Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB pada ujian terbuka di Kampus IPB Bogor.
Sedang bertindak sebagai Komisi Pembimbing adalah Dr Ir Luky Adrianto sebagai ketua, Prof Dr Ir Ismudi Muchsin dan Dr Arif Satria SP MSi sebagai anggota. Pada ujian itu perempuan kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat 20 Februari 1960 ini, berhasil mempertahankan disertasi berjudul ‘Studi Keterkaitan Antara Sumberdaya Ikan dan Kemiskinan Nelayan sebagai Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat’.
”Seperti hasil penelitian saya, di Kabupaten Cirebon Jawa Barat, kemiskinan disebabkan faktor alamiah. Kondisi sumber daya ikan sudah overfishing dan juga alat tangkap dari 13 alat tangkap yang digunakan para nelayan Cirebon ada delapan alat tangkap yang sudah berlebih,” tandas Epi, begitu ia akrab disapa.
Karena itu, ibu empat anak ini berpandangan agar Pemerintah Daerah Cirebon mengeluarkan pengaturan penangkapkan ikan yang sudah overfishing. Selain itu ada dua alternatif yang diusulkan Epi. Bisa ditambah armadanya, bisa juga ditambah tripnya. ”Maksud saya waktu penangkapan ikannya dapat diperlama,” ujarnya.
Dalam penelitiannya sejak Oktober 2010 hingga Maret 2011 terhadap kehidupan nelayan di Kabupaten Cirebon Jawa Barat, Epi melihat bagaimana kateristik para nelayan di wilayah tersebut. ”Dalam penelitian tersebut saya juga menemukan kebanyakan nelayan di Cirebon bersedia untuk melaut lebih dari satu hari. Artinya, kalau pemerintah serius mengatasi kemiskinan ini, tentunya bisa memberikan bantuan kepada nelayan di Cirebon berupa alat tangkap yang lebih canggih, yang bisa operasi lebih dari 12 mil laut lepas,” paparnya.
Hanya saja, imbuh Epi, pemberian alat tangkap yang canggih ini tidak hanya diberikan begitu saja tapi juga harus ada pembekalan sumber daya manusianya dengan pelatihan, sehingga ilmu mereka bertambah. ”Jangan sampai, pemerintah hanya memberikan alat tangkap canggih kemudian membiarkan nelayan berjalan sendiri tanpa bimbingan ilmu dan teknologi,” tandasnya mengingatkan.
Epi optimis, pemberian alat tangkap yang canggih ini bisa menjadi salah satu langkah untuk mengatasi masalah kemiskinan di lingkungan nelayan. Dia berpandangan faktor lainnya yang menyebabkan kemiskinan cukup banyak. Hanya saja usulannya tersebut bisa menjadi salah satu langkah dalam mengatasi masalah kemiskinan di lingkungan nelayan di Kabupaten Cirebon.
Menjawab kenapa terjadi overfisihing, menurut dia,  karena alat tangkapnya sangat banyak. ”Kita tahu, laut itu merupakan open akses, punya semua orang. Semua orang bisa menangkap ikan. Saya pikir harus ada ketegasan dari Pemerintah Daerah untuk membatasi penangkapan ikan di suatu daerah. Seperti yang kita lihat di negara-negara maju, musim tangkap ikan diatur dengan begitu baiknya, sehingga tidak terjadi overfishing. Kapan kita boleh menangkap ikan dan kapan kita tidak boleh menangkap ikan? Pembatasan ini saya pikir harus tegas diatur Pemerintah Daerah. Dengan begini memberi waktu kepada biota yang di laut untuk pulih,” tandasnya.
Sedang mengenai alasan pemilihan tema, menurut Epi, kemiskinan nelayan menjadi isu yang tidak pernah berhenti dari dulu hingga sekarang. ”Saya tertarik, apa sih sesungguhnya yang menjadi faktor penyebab timbulnya kemiskinan di lingkungan nelayan? Apalagi kita tahu, negara maritim tapi nelayan kita miskin. Potensi sumber daya alam sangat tinggi, tapi nelayan yang menggali potensi sumber daya alamnya tetap miskin.”
Ketua DPR RI Marzuki Alie yang mengikuti jalannya ujian terbuka sejak awal hingga akhir mengatakan, supaya memberikan manfaat, siapa saja yang terkait dengan kemiskinan nelayan, diundang menghadiri ujian terbuka doktor seperti ini. ”Saya sampaikan usulan supaya yang terkait dengan masalah kemiskinan nelayan diundang untuk menghadiri ujian doktor terbuka seperti kali ini. Kenapa? Bisa saja dari hasil penelitian ini bisa menjadi kebijakan dari apakah pemerintah pusat atau pemerintah daerah atau legislasi dalam menyelesaikan udang-undang. Karena banyak sekali penelitian yang membutuhkan waktu lama dan biaya cukup besar, selesai penelitian hanya masuk almari,” tegasnya.
Sementara itu, salah seorang dosen pembimbing Dr Arif Satria SP, MSi menilai, penelitian yang dilakukan Pigoselpi Anas sangat menarik. ”Ini menarik karena di penelitian ini menggabungkan antara bagaimana sebenarnya kemiskinan dilihat dari kondisi sumber daya alamnya. dan itu yang belum ada. Selama ini penelitian yang ada adalah masih penelitian persepsi. Kalau tadi kelihatan ternyata memang ikan yang sudah overfishing bisa berpengaruh terhadap kondisi nelayan,” jelasnya usai ujian terbuka.
Ia setuju perlunya yang terkait dengan nelayan diundang menghadiri ujian terbuka. ”Saya setuju. Apalagi ini ujian terbuka, promosi. Nah, dalam ujian promosi ini mestinya steakholder dari kelautan datang sehingga bisa menentukan kebijakan yang akan diambil. Kalau kita tahu ternyata faktor alam bisa memengaruhi terhadap kemiskinan nelayan, salah satu solusinya alamnya harus dijaga,” tandasnya.
Sayangnya, sambung Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB ini,  selama ini yang diurus hanya uang. ”Kasih kredit, kasih bantuan kapal dan lain sebagainya. Padahal, ikannya sudah semakin terkuras. Sumber daya alam tidak pernah kita jaga.  Menurut saya ini hasil penelitian yang sangat bagus,” papar Arif.
Menurut Arif, seharusnya ada pembatasan dari pemerintah daerah sehingga tak terjadi overfishing. ”Pengaturannya selama ini masih rendah. Tugas pemerintah adalah mengatur berapa jumlah kapal yang boleh beroperasi, idealnya berapa? Kalau begitu tidak ada ijin baru? Tidak ada kapal baru. Solusi kedua adalah mendorong nelayan untuk bisa melaut hingga di atas 12 mil dengan kapal yang lebih canggih. Itu yang paling bagus,” tandas Arif.(ris)

Sumber : http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2014/02/produk-hasil-perikanan-non-konsumsi.html